April ke Sebelas, Dua ribu
tiga belas.
Aku pulang dengan keadaan lesu dan tak bersemangat.
Hey, tak ada yang lebih sejuk dari perhatian seorang ibu. Kamu tau? Beliau
selalu paham tentang perubahan putri kecilnya ini. Bertanya dengan pertanyaan-pertanyaan ringannya
samacam “Dek baru pulang?” “Sudah makan belum?” “Hari ini basket lagi? Menang
ya? Pasti menang dong” dan beliau masih bisa sabar dengan jawabanku yang aku
sendiri tak suka orang lain bicara seperti ini padaku, “Kalah”. Singkat dan
tidak jelas. Bahkan terkesan terlalu mengabaikan perhatian-perhatian tulusnya.
K A L A H, kata-kata yang saat ini tak ingin ku
dengar. Kamu tau? Aku menangis dijalanan sambil mengendari motorku. Puluhan
bahkan ratusan orang memandangku dengan tatapan “aneh” mereka. Sebenarnya aku
kuat. Aku bisa “merelakan” ini semua. Tapi sekuat apapun perempuan ini menahan air
matanya, semua akan sia-sia ketika ia melihat butiran bening itu mengalir di
mata teman-teman seperjuangannya. Detik itu, ia mulai meneteskan air matanya,
dan menyalahkan dirinya.
KITA TIDAK KALAH ! KITA TETAP MENANG !, Ayolah
bangkit dari keterpurukan, Ini hanya permainan. Mari kita cari
“kemenangan-kemengan” yang lainnya. “Mereka” masih ada. Menguatkan hatiku
dengan kata-kataku sendiri. XI IPA 3 MENANG YO BEN :’) Iya. Ini tak lebih kreatif dari “slogan-slogan” kelas
lain, yang kebanyakan dari mereka mengunakan bahasa-bahasa Internasional . Tapi
kata-kata “MENANG YO BEN” sangat istimewa. Menurut aku, Ini bukan soal hebat
tidaknya, ini soal “Magis” !. Perubahan-perubahan permainan ditunjukkan oleh
kebanyakan pemain. Dia-Dia yang sedang berjuang tak mau mengecewakan.
Senyum-senyum masih mengembang dari sudut-sudut bibir
para pemain-pemain ini. Cletukan kata “XI IPA 3, PANGGAH MENANG!”. Mereka
sedang menghibur bahkan membesarkan hati-hati para pemain yang matanya mulai
panas. Dan hal-hal yang lebih menarik adalah saat kita semua kembali ke kelas
kami tercinta. Tak ada yang boleh disalahkan. Semua permainan kita.
Pemain-pemain kita. Lawan-lawan tangguh kita. Wasit-wasit “Adil” kita. Semua
SPORTIF kok :). Tak ada yang boleh disalahkan kecuali Aku. Aku yang sejak
peluit pertama dibunyikan sudah tak fokus dengan yang selalu berada dihatiku,
Tuhanku, Allah SWT.
Perempuan ini selalu lupa kepada Tuhannya ketika ia
bahagia, dan akan mengingat Tuhannya ketika ia mulai kecewa. Seperti saat ini.
Kalau kamu mau mengalahkan seseorang atas kesalahan kekalahan ini. Salahkan
hatimu yang tak ingat pada Tuhan-Mu. Atau kau juga boleh menyalahkan dirimu
sediri semua itu bukan tanpa alasan tapi karena tak ada yang lebih hebat dari
mengakui kesalahannya sendiri :)
0 komentar:
Posting Komentar
Setelah Membaca Budayakan Meninggalkan Kritikan yaa